Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi: Imam Masjidil Haram Non Arab Pertama yang Berasal dari Minangkabau
Sumber gambar: gomuslim.co.id |
Setahun terakhir Aku sangat tertarik dengan sirah, baik sirah nabawiyah maupun sirah sahabat. Awalnya hanya tertarik dengan bagaimana cara mereka menjalani kehidupan sehari-hari karena kehidupan mereka dengan kita saat ini tidak jauh berbeda, jadi bisa dijadikan pedoman. Kemudian, dengan paparan Ustadz, mempelajari sirah terasa lebih menarik, tidak harus melawan kantuk efek membaca. Kalau mau cerita versi lugas, Aku biasanya mendengarkan Ust. Khalid Basalamah. Sedangkan kalau mau versi yang agak gaul dan ringan, Aku mendengarkan Ust. Hannan Attaki. If you are interested too, you can do the same 😊😊.
Tidak hanya sampai disitu, pemaparan Ust. Adi Hidayat membuatku tertarik dengan tokoh-tokoh Islam, terutama yang berasal dari Indonesia, khususnya dari Sumatera Barat. Salah satunya yaitu Imam Ahmad Khatib Al-Minangkabawi. Kalau kamu juga tertarik, yuk...
Ahmad Khatib Al-Minangkabawi Kecil
Beliau lahir di Koto Tuo, Ampek Angkek, Kab. Agam, Sumatera Barat pada Senin, 6 Dzulhijjah 1276 H atau 26 Juni 1860 M. Waw, kabupaten agam, sama denganku. Ini salah satu faktor kenapa Aku tertarik dengan kisah Beliau. Oiya, ayah Beliau bernama Abdul Latif. Sejak kecil Beliau telah dibekali dengan ilmu agama yang baik dan telah menghapal Qur'an.
Pada tahun 1871, saat usia Beliau 11 tahun, sang ayah mengajak Beliau untuk menunaikan ibadah Haji. Akan tetapi, setelah selesai menunaikan Haji, Beliau memilih tetap tinggal untuk menyelesaikan hapalan Qur'annya.
Dalam perkembangannya, Beliau tidak hanya hapal Qur'an, melainkan juga belajar ke sejumlah ulama terkemuka di kota Mekah. Sehingga, Beliau dikenal sebagai ulama yang menguasai banyak bidang ilmu, antara lain Sejarah, Aljabar, Ilmu Falak, Ilmu Hitung, dan Ilmu Ukur (Geometri). Woooow, hebat banget kaaan. Sedangkan dalam Ilmu Fiqih, Beliau mendalami Fiqih Mazhab Imam Syafi'i.
Pernikahan
Beliau sering mengunjungi toko buku milik Muhammad Shalih Al-Kurdi yang terletak di dekat Masjidil Haram. Watak dan sikap Beliau membuat Kurdi tertarik untuk menjadikannya sebagai menantu. Lalu, Beliau menikah dengan Khadijah, putri Muhammad Shalih Al-Kurdi. Namun, pernikahan itu tidak berlangsung lama karena Khadijah meninggal dunia.
Beliau kemudian dijodohkan lagi oleh Muhammad Shalih Al-Kurdi dengan adik Khadijah bernana Fatimah. Dari pernikahan itu lahirlah 2 orang putra yaitu Abduk Malik dan Abdul Hamid Al-Khatib.
Wow, ternyata kisah cinta Beliau mirip dengan Utsman bin Affan yang dijuluki "pemilik dua cahaya" karena menikah dengan dua putri Rasulullah yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Ceritanya pun tidak jauh berbeda. Setelah Ruqayyah meninggal, barulah Rasulullah menjodohkan lagi Utsman bin Affan dengan Ummu Kultsum. Menarik 😍😍 . Bahkan, kamu semua mungkin pernah mendengar kisah tentang Rasulullah pernah berkata setelah Ummu Kultsum meninggal "Seandainya Aku memiliki putri ketiga, niscaya akan Aku nikahkan dengan Utsman". Oh my God, begitu mulianya akhlak orang-orang hebat iniiii....
Menjadi Imam Masjidil Haram
Penuturan Buya Hamka dalam tulisannya yang berjudul Ayahku mengungkapkan kisah bagaimana Ahmad Khatib Al-Minangkabawi diangkat menjadi imam di Masjidil Haram. Shalat berjama'ah yang diimami oleh Imam Besar Masjidil Haram, yaitu Syarif 'Aunur Rafiq, terdapat kesalahan dalam bacaannya. Lantas Ahmad Khatib Al-Minangkabawi mengoreksi bacaan tersebut. Usai shalat, Imam Syarif bertanya mengenai orang yang mengoreksi bacaannya. Diketahui bahwa yang melakukannya adalah Ahmad Khatib Al-Minangkabawi sehingga saat itu juga beliau langsung ditunjuk menjadi Imam Masjidil Haram untuk Mazhab Syafi'i. Biasanya, imam Masjidil Haram merupakan ulama berkebangsaan Arab. Sehingga, Beliau menjadi Imam Masjidik Haram pertama yang berkebangsaan non Arab.
Menjadi Guru
Beliau tidak hanya menjadi Imam, namun juga mengajarkan ilmu. Diantara para ulama dari Indonesia yang belajar pada Beliau yaitu KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah dan KH. Hasyim Asy'ari pendiri Nahdlatul Ulama (NU).
Dari mana pun kita berasal, insyaAllah peluang untuk menuntut ilmu secara luas dan membagikannya selalu terbuka lebar. Ayo kita selalu mohonkan kepada Allah untuk menuntun kita dan memberikan keberkahan dalam setiap waktu yang dianugerahkan-Nya pada kita.
Imam Ahmad Khatib Al-Minangkabawi bahkan tidak kembali ke tanah air. Sejarah mencatat, Beliau meninggal di Mekah pada Senin, 8 Jumadil Awal 1334 H (1916 M) pada usia 56 tahun. Masih terbilang muda, bukan? Tapi Beliau telah menorehkan pengalaman berharga untuk kita pelajari. Semoga Allah anugerahkan tempat terbaik untukmu di sisi-Nya, Imam Ahmad Khatib. Dan terima kasih telah menyisipkan nama Al-Minangkabawi sehingga Aku terdorong untuk menggali lebih jauh dan belajar darimu.
Oiya, ilmu dari Ust. Adi Hidayat, setiap ada alif lam dan diakhiri dengan harkat kasrah, itu menandakan tempat, dari mana tokoh itu berasal. Misalnya Al-Minangkabawi yang ada pada nama Beliau, dari Minangkabau. Imam At-Tirmidzi, dari daerah Tirmidz. Imam Al-Padangi, dari Padang. Wow, ada lagi tokoh yang dari Sumatera Barat? Ada, nanti kita bahas di tulisan berikutnya yah... 😉😉
Btw, tulisan ini repost dari blogku yang sebelumnya. Karena merasa infonya aku suka, yaa di post lagi disini, hehe....
Comments
Post a Comment