Sumber: syeikhyasinalfadani.blogspot.com |
Tokoh Islam yang berasal dari Sumatera Barat ternyata banyak, hanya saja selama ini saya lalai untuk mempelajarinya atau hanya sekedar membacanya. Kalau kamu gimana??? Beliau yang akan kita bahas pada tulisan kali ini adalah Syekh Muhammad Yasin Al-Fadani bin Muhammad Isa Al-Fadani. Ulama keturunan Padang ini lahir di Mekah, 17 Juni 1915 (Sya'ban 1335 H). Wah, ternyata tidak jauh beda dengan Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang sudah kita bahas di postingan sebelumnya ya. Tapi, gelar di belakang nama Beliau itu, al fadani atau al Padangi?
Fadani atau Padangi...?
By the way, Beliau juga akrab dengan nama Syekh Yasin Padang. Saya sendiri tidak tahu dengan pasti mengenai Al-Fadani atau Al-Padangi ini. Tapi, kalau boleh saya menyelipkan pendapat, saya rasa keduanya sama. Dalam bahasa Arab, tidak ada huruf p dan ng sehingga kata Padang mengalami penyesuaian dengan huruf "fa menjadi f" dan huruf "nun menjadi n". Jadilah kata Al-Padangi menjadi Al-Fadani. Gimana? Making sense? Ya doooong....
Julukan "Musnid Ad-Dunya"
Beliau awalnya belajar pada ayahnya sendiri dan pamannya yang juga seorang syekh terkemuka. Namun dalam perkembangannya, beliau justru belajar pada banyak syekh yang ada di kawasan Timur Tengah. Sehingga beliau ahli dalam Ilmu Falak, bahasa Arab, dan Sanad Hadits. Bahkan, beliau dijuluki "Musnid ad-Dunya" yang berarti "pakar sanad dunia". Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah sanad yang Beliau miliki serta keahlian Beliau dalam periwayatan Hadits. Wooow, keren yah.... Sedangkan untuk ilmu Fiqih, Beliau bermazhab Syafi'i.
Pendidikan Syekh Yasin
Tidak seperti Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang lahir di Sumatera Barat, Syekh Yasin Al-Fadani justru lahir dan besar di Mekah. Namun, jiwa Nasionalisme Beliau tidak luntur. Hal ini terbukti dengan sikap beliau menghadapi konflik rasis. Saat mengenyam pendidikannya di Madrasah Ash-Shauthiyyah, guru-guru asal India menghina para pelajar Indonesia. Beliau tidak terima akan hal itu karena Beliau adalah seorang keturunan Sumatera Barat, Indonesia. Beliau kemudian pindah ke madrasah Darul Ulum al-Diniyyah dan menamatkan pendidikannya di sekolah ini. Banyak pelajar Indonesia lainnya yang juga bersekolah di madrasah ini. Beliau kemudian menjadi pengajar di sekolah ini.
Selain itu, sejarah mencatat, Beliau juga merupakan pengajar di Masjidil Haram. I'm wondering guys, kira-kira Syekh Yasin Al-Fadani bertemu nggak ya dengan Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi? Secara, sama-sama berkiprah di Masjidil Haram. Kalau bertemu, saat bertemu apa yang Beliau-beliau bicarakan? Heheheh...
Pernikahan
Saat usia Syekh Yasin menginjak 40 tahun, Beliau belum juga menikah. Bukan karena tidak laku guys, bahkan ada diantara guru dan rekan-rekannya yang ingin mengangkatnya sebagai menantu. Barangkali semangat dan keaktifannya menimba ilmu membuat Syekh Yasin tidak sempat memikirkan perkara cinta dan asmaranya, hehehe.... Hal ini membuat orang tuanya merasa prihatin dan khawatir, juga para guru dan rekan-rekan. Ada kisah yang mengatakan bahwa orang tuanya mengancam akan membakar kitab-kitab karangannya bila tak segera mempersunting seorang istri. Waduh, ancamannya nggak main-main guys. Tentu saja ancaman ini ditanggapi serius karena Syekh Yasin sangat mencintai ilmu pengetahuan. Ia pun akhirnya mengakhiri masa lajang tepat pada usia 40 tahun. Beliau dikaruniai oleh Allah empat orang putra, yaitu Muhammad Nur Arafah, Fahd, Ridha dan Nizar.
Akhir Hayat Syekh Yasin
Setelah berkarya dan banyak menebar manfaat, Beliau wafat di Mekah pada 20 Juli 1990 pada usia 75 tahun. Beliau lahir dan meninggal di Mekah. Namun, selama hidupnya tidak lupa bahwa Beliau keturunan Padang. Cool....
Yuk, lebih banyak lagi kita cari tahu tentang tokoh-tokoh Islam Nusantara. Siapa selanjutnya yang akan kita bahas?
Btw, ini juga repost dari blog saya yang sebelumnya dengan sedikit penambahan. Semoga bermanfaat yah....
Comments
Post a Comment